Berusaha Memaknai Romadhon Yang Telah Berlalu

Puasa sudah berlalu kawan…lepas sudah bulan penuh berkah..dimana ibadah sunnah dinilai dengan sama dengan ibadah wajib,dimana tidurnya di siang hari (asal tidak berlebihan) dianggap ibadah.
Berlalu sudah hari-hari penuh perjuangan menahankan lapar dan haus yang kadang2 begitu menyiksa,
Hari ini tanggal 3 Syawal 1433 H..
Sudah berapa rumah sanak saudara yang kita datangi?
Sudah berapa banyak senyum terkembang yg kita beri dan terima?
Pasti tak terhingga?
Puasa tahun ini..aku anggap sebagai titik balik sebagai seorang hambaNya..puasa yg aku harapkan sebagai tonggak untuk memancangkan cita-cita yg harus segera dicapai sebagai seorang Lelaki..
Kerja,dan mempersiapkan diri dan situasi untuk menikah..
Ibadah puasa yg telah berlalu kemarin semakin menyadarkan bahwa masih banyak yg harus dibenahi untuk menjadi lelaki yg pantas untuk menikah..karena setelah menikah,pasti tanggung jawab itu akan semakin bertambah.
Memaknai Romadhon untuk memperbaiki diri..
Semangat!!!

Kepercayaan Sebagai Bagian Dari Strategi Pemasaran

Beberapa hari yang lalu ada dorongan untuk memesan buku yang menurut saya bagus.  Satu paket buku lengkap dengan tanda tangan penulisnya.  Oh iya, penulisnya adalah Ustadz Felix Siauw, seorang Muallaf, yang memeluk agama Islam di Kampus IPB (anekdotnya sih sering dikenal dengan nama Institut Pesantren Bogor karena begitu banyaknya kegiatan Islam dan aktivis yang terkenal dari kampus ini).

Hari senin kemarin, saya mulai pembicaraan melalui sms (short messages service) kepada kontak telepon yang tersedia dia akun twitter Pasar Khilafah @khilafahpress.

“Assalamualaikum, mohon info soal cara pemesanan trilogi buku Ustadz Felix Siauw, gmana cara pesannya? Terima Kasih..” berikut isi sms yang saya kirim ke nomor hp tersebut.

Tidak berapa lama sms itu pun berbalas,

” 165 rb + ongkos kirim, isi 3 buku felix s booksign, bonus vcd dan dvd felix s launching BTI dan MAF, gantungan kunci dan stiker 1453 ”

Wwooow..murah sekali…

Pembicaraan akhirnya berkembang dan berakhir dengan kesepakatan bahwa buku itu akan dikirim sebelum tanggal 12 Agustus 2012 karena kebetulan tanggal itu saya akan mudik ke kampung halaman.  Rencananya buku itu akan dibawa ke rumah untuk dibaca dan diceritakan kepada keluarga di rumah.

Dan, transfer pembayaran buku itu tertunda hingga keesokan siangnya.  Karena uang untuk pembayaran masih dipakai untuk keperluan lainnya.

Kejadian unik pun terjadi, karena siang itu (hari selasa) seorang Kurir JNE datang mengantarkan paket yang belum saya bayar.  yaa,,,belum dibayar.

Dengan rona wajah terkejut saya pun berkata ke kurir itu..

” Lho Mas, saya belum bayar lho buku ini”

“wah, itu bukan tanggung jawab saya Mas, yang pasti tugas saya menyampaikan paket ini sudah terlaksana” kata Mas Kurir tersebut.

Masih dengan ekspresi terkejut akhirnya saya tanda tangani tanda terima paket yang disodorkan Mas itu.

Saya letakkan paket tersebut di atas galon aqua yang berdiri terbalik di atas dispenser, tidak berani membuka paket yang masih belum menjadi hak saya itu.  Masih agak gemetaran dan sesekali mengucap Subhanallah.

Akhirnya, dengan segera saya bergegas ke ATM, untuk melakukan pembayaran paket tersebut.

Setelah pembayaran selesai saya segera mengirim sms ke kontak telepon Pasar Khilafah tersebut, untuk memberi tahu kalau paket buku itu sudah sampai, tidak lupa mengucapkan terima kasih karena mereka sudah memberi kepercayaan untuk melakukan pengiriman paket buku itu padahal saya belum mengkonfirmasi pembayaran paket tersebut.  Balasan sms tersebut kemudian menganjurkan saya untuk promo paket buku itu ke teman-teman agar mengetahui adanya buku bagus dengan harga yang sangat terjangkau ini.

Sepulangnya dari atm saya segera membuka paket yang kini telah menjadi hak saya itu.   (SAH).

Dari cerita ini kemudian kita dapat mengambil sedikit pelajaran. Bahwa kepercayaan dalam hal ini dari penjual ke pembeli adalah suatu cara untuk menjalin kepercayaan pelanggan, jujur saja sejak kejadian ini saya akhirnya memiliki niat untuk ke depan membeli buku lagi di Pasar Khilafah.  Karena mereka melakukan strategi bahwa kepercayaan adalah nomor satu.  Dan ini tampaknya kurang dimiliki oleh kita sekarang terutama pada pelaku usaha jual beli.

Oh iya, buku-buku itu ke depan akan saya ulas sebagai bahan resensi buku yang akan dimuat di blog ini, segera.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagaimana Meresensi Buku (?)

Kategori Resensi buku sudah ada sejak pertama kali blog ini dibuat.  Dan alangkah malunya saya karena kategori itu belum juga memuat satu buku pun yang diresensi.

Membaca buku adalah salah satu kegemaran saya, dan itu sudah dimulai sejak saya berumur 5 tahun, ya,,sejak berumur 5 tahun saya sudah bisa membaca dengan terbata-bata, meski akhirnya lancar dalam hitungan bulan.  Usia 6 tahun kurang 3 bulan saat teman-teman baru di SD baru membaca I-N-I B-U-D-I dengan terbata-bata saya malah sudah mampu membacanya dalam hati.  Kemampuan membaca dalam hati itu justru baru dimiliki oleh teman-teman sekelas waktu SD setelah kami memasuki kelas 4.  Bangga? tentu saja.  setidaknya bangga sebagai anak kecil yang pandai membaca saat itu.

Cara meresensi buku sebenarnya sudah pernah dipelajari saat di SMP, saya lupa buku yang dijadikan bahan resensi waktu itu buku apa, namun kegiatan ini kurang menarik minat saya.  Barangkali karena kegiatan ini membutuhkan kegiatan menuliskan inti paragraf dan tulisan dalam buku tersebut, yang saya sendiri karena memiliki daya ingat yang cukup bagus menjadi malas menuliskan resensi.  Tiap ketemu koleksi buku di lemari dan ketika melihat judul dan cover buku tersebut saya langsung ingat apa dan bagaimana isi buku itu.  Kebiasaan itu terus berulang, hingga saat ini.  Padahal di kamar kosan saya ini ada banyak buku yang mau tidak mau harus saya resensi agar buku-buku itu jika pun nantinya hilang, rusak atau apapun kondisi yang akan diterimanya tidak akan terlupakan oleh saya sebagai pemiliknya.

Untuk memulai meresensi buku ada baiknya kita mengetahui langkah-langkah meresensi buku.  Berikut adalah langkah-langkah meresensi buku.

1. Mulailah dengan melakukan pengamatan terhadap buku yang akan dijadikan korban resensi.  Pengamatan meliputi tema buku dan deskripsi buku yang akan diresensi, penerbit buku, waktu dan tempat penerbitan, tebal (bab dan halaman), format hingga harga buku, pengarang buku, dan penggolongan/bidang kajian buku tersebut seperti misalnya ekonomi, politik, sosial, budaya,dll.

2. Kemudian bacalah buku tersebut secara menyeluruh, teliti dan cermat.  Pahami masalah yang ditampilkan dengan tepat dan akurat.

3. Beri tanda jika ada bagian-bagian buku yang memerlukan perhatian khusus,

4. Buatlah sinopsis dari buku yang akan atau sedang diresensi

5. Kemudian yang terakhir adalah bagaimana sikap dan penilaian terhadap buku yang diresensi tersebut, meliputi kerangka penulisan, hubungan antar bab, sistematika dan dinamika penulisan, kemudian isi pernyataan, bobot ide, bagaimana kekuatan analisa dan kelengkapan penyajian data dan bagaimana kreativitas pemikirannya. Pemakaian bahasa, tata letak dan kualitas cetakan, sebelum itu semua ada baiknya dibuat outline dari buku yang diresensi, garis besar atau outline akan sangat membantu kita dalam menulis resensi.

6. Langkah terakhir adalah mengoreksi dan merevisi hasil resensi.  Kegiatan mengoreksi dapat dilakukan dengan menggunakan dasar dan kriteria yang telah kita tentukan di atas.

Demikian cara melakukan kegiatan resensi buku yang dikutip dari berbagai sumber.

Dan buku-buku yang akan menjadi korban resensi saya akan segera menyusul di tulisan-tulisan berikutnya.

sekian.

pelukissenja

Just another WordPress.com site

Pengelana Bumi

I'm Gonna Be (500 Miles)....

BATansh Tanjung

Berusaha Memahami

indiespirasi

bebas berbagi inspirasi

samdputra.wordpress.com/

~ hanya bila anda punya waktu luang ~